tak ada yang basi atau tak salah saya kira dalam berbagi dan menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada siapapun selama informasi dan pengetahuan itu baik dan bisa menambah wawasan_
" Mudik , Tradisi Unik Lebaran", Judul dari sebuah Tabloid Indonesia edisi 16 tahun 2007.
Kata mudik sebenarnya berasal dari arah mata angin. Dalam bahasa daerah, orang mengenal arah mata angin berdasarkan alam, utara disebut hilir, selatan disebut mudik, barat disebut wetan dan timur disebut kulon. Entah siapa yang mempopulerkan nama mudik, hingga kegiatan pulang kampung saat lebaran dinamakan mudik, padahal kampungnya terletak di utara, barat atau timur. Menurut cerita dari beberapa nara sumber, dulu para pedagang, buruh kasar, pekerja serabutan dan mereka para kaum marjinal banyak yang berasal dari selatan (mudik) hijrah dikota-kota mencari nafkah sampai beberapa hari. Sesudah berhasil memperoleh uang merekapun pulang secara bergantian. Bagi yang masih mempunyai urusan dan belum bisa pulang, biasanya menitipkan kepada temannya yang pulang, disanalah sering terjadi dialog antar mereka " pulang mudik ga? mau mudik ga? kapan balik mudik? dan sebagainya yang semuanya berkonotasi pada kata mudik. Nah dari sanalah mulai timbul bahasa lisan baku, yang mengartikan kata mudik itu sama dengan pulang kampung.
Karena asalnya dari selatan yang dulu kebanyakan kaum kurang mampu, kata mudik atau udik sering kali menjadi bahasa lelucon untuk mencela rekannya.
" dasar udik, kampungan, norak" kata-kata itu menghiasi sebagai kata ejekan ataupun celaan buat rekan yang canggung atau bingung ketika masuk dalam sebuah pesta di hotel besar, ataupun tidak tahu bagaimana cara berbusana yang layak dalam sebuah acara pernikahan.
begitulah sedikit pengetahuan atau wawasan yang bisa saya bagi, yang ditulis oleh Brahim Rachmanto dalam sebuah majalah Tabloid Indonesia tahun 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar